09 Februari 2011
Oleh: Ina Junianita
(Bapak.Hamidin seorang petugas kebersihan yang membersihkan
sampah di bantaran kali Jakarta-Barat)
Di tengah-tengah panas teriknya ibu kota
Jakarta di kawasan kumuh bantaran kali, peria paruhbaya berseragam warna orange sedang berjuang
dengan peluhnya, ia tidak menghiraukan bahaya yang mengancam nyawanya setiap ia
bekerja. Menjadi petugas kebersihan kali adalah pekerjaan yang menurutnya
mulia.
Pria kelahiran 43 tahun silam bernama lengkap Hamidin mempunyai 3 orang
anak hasil pernikahan dengan istrinya yang bernama Nurhasanah. Menurutnya ia
telah menjadi petugas kebersihan pemprov DKI sejak 15 tahun yang lalu “Dulu
saya sempat menjadi seorang pengamen tapi karena banyak preman yang memaksa
meminta uang dengan alasan meminta jatah akhirnya saya memutuskan untuk bekerja
sebagai petugas kebersihan”. Ujarnya sambil tersenyum. Hamidin mengaku sulit
sekali menjadi petugas kebersihan khususnya di kali tengah – tengah kota, ia
kerap mendapatkan musibah didalam bekerja bahkan kerap kali nyawanya terancam,
tertancap paku ataupun benda tajam lainnya sudah menjadi makanan sehari – hari
baginya.
Pernah di saat hujan deras disertai angin yang kencang di kala ia
mengayuhkan sampan yang ia buat dari kayu dan pohon bambu yang diikat membuat
ia tergelincir hingga jatuh ke kali tak sadar bahwa ada benda tajam di dalamnya
hingga paha bagian kanan tertancap bambu yang runcing di saaat itu ia meminta
pertolongan tapi tak ada seorangpun warga yang mendengar. “Saya sudah pasrah
saja pada Tuhan kalau di saat itu nyawa saya melayang setidaknya saya meninggal
dengan keadaan berjuang, berjuang untuk menghidupi anak-anak dan istri saya” Ujarnya sambil mengeluskan dada.
Sungguh
pekerjaan yang sangat berat kali sepanjang 500-M harus ia bersihkan seorang
diri, sampah-sampah yang sudah dikumpulkan di pinggir kali diangkatnya ke
permukaan lalu dibawa lagi oleh truk sampah menuju bantar gebang tempat dimana
sampah-sampah dikumpulkan dan diolah menjadi lebih bermanfaat.Di dalam
pekerjaannya ia sering kali tidak di hiraukan oleh Pemerintah setempat, bahkan
ia pernah tidak mendapatkan gajihnya selama 3 bulan.
Di saat itu ia kebingungan
bagaimana harus memberikan istri dan anak-anaknya makan sedangkan upahnya
sebagai petugas kebersihkan sering kali ia tidak terima. “ Saya sudah mengadu
kepada supir yang membawa truk sampah agar gajih saya di bayarkan, tetapi
jawaban dari supir tersebut pihak pemberi gaji sedang sibuk , yah mau bagaimana
lagi saya hanya bisa pasrah saja”. Ujarnya dengan nada pelan.
Walaupun usahanya
tidak sesuai dengan apa yang ia terima tetapi itu semua tidak mempengaruhi
giatnya dalam bekerja, karena sesungguhnya pekerjaannya tersebut adalah
pekerjaan yang mulia walaupun harus setiap waktu berhadapan dengan banyaknya
sampah ibu kota yang ada di kali “Saya merasa bangga dengan pekerjaan saya ini,
akan tetapi saya berharap masyarakat setempat dapat membuang sampah pada
tempatnya agar air kali tidak meluap dan menyebabkan banjir ” Ujarnya dengan
mimik penuh harapan.
Dengan melihat pekerjaan Bapak.Hamidin kita sebagai
masyarakat harusnya dapat melakukan tindakan kecil yang bermanfaat dengan tidak
membuang sampah sembarangan. Hal kecil tersebut dapat menjadi perubahan besar
untuk Indonesia terutam ibu kota Jakarta yang tiap kali musim hujan terjadi
banjir dimana – mana yang mengakibatkan kerugian besar serta lumpuhnya
perekonomian negara. Hal itu dapat di tanggulangi dengan gotong royong antar
warga membangun lingkungan yang bersih dan sehat agar musibah banjir tidak
terjadi lagi semua itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri.